Sepercik Keteladanan Rasulullah
oleh H. Choliluddin AS, MA
"Sungguh pada diri Rasulullan kamu dapatkan suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharap ridho Allah, hari kemudian dan yang banyak mengingat Allah.
(QS AI Ahzab: 21)
Kita menyadari dan meyakini bahwa pada suatu ketika sesuai dengan ketetapan Allah SWT, hidup kita akan berakhir.
Pada saat tertentu kita akan terlempar dari waktu, sedangkan waktu akan terus
berlalu tanpa henti. Di saat itulah kita mengalami apa yang disebut dengan
mati. Tubuh membujur beku, mata terkatup kaku, telinga dan mulut tertutup
bisu, tangan dan kaki semuanya menjadi beku, keluarga dan sanak saudara
menangis tersedu-sedu, handai taulan datang satu persatu melayat dan menyampaikan duka pilu
Andaikan pada saat itu dapat berucap pantaslah kalau berkata selamat tinggal
wahai teman-teman, keluarga dan sanak
saudaraku, nanti pada saat-saat tertentu kalian juga akan seperti aku. Kini aku
telah masuk ke dalam kehidupan baru yang ternyata jauh berbeda dari yang
biasanya sehari-hari berlaku. Itulah peristiwa atau kejadian yang sering kita saksikan. Semuanya itu menjadi peringatan bagi kita semua yang kini masih memiliki kesempatan hidup di dunia sampai datang ajal atau kematian.
Perlu di ingat bahwa manusia hidup didunia itu seperti halnya berada di medan
perang. Manusia dituntut dengan jiwanya yang bersih mampu mengalahkan
pengaruh hawa nafsunya.
Allah berfirman:
"Beruntunglah siapa yang mensucikan
jiwanya dan merugilah siapa yang mengotorinya" (QS Asy Syams : 9-10).
Di dalam pertarungan ini manusia terbagi golongan menjadi tiga
Pertama, pengaruh agamanya yang menang total, pengaruh hawa nafsunya menyerah kalah tidak berdaya, sehingga pengaruh agamalah yang muncul menjiwai kehidupan sehari-hari setiap saat. Golongan pertama ini sebagaimana diisyaratkan didalam firman Allah Surat Fushilat ayat 30:
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata)
Janganlah kamu merasa takut & janganlah kamu bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamư sebagian besar di antara kita.
Kedua, golongan yang pengaruh hawa nafsunya yang menang mengalahkan
pengaruh agamanya, sehingga pertarungan berakhir dengan kemenangan yang besar di pihak setan. Mereka itulah yang dijelaskan sifatnya dalam firman Allah:
"Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan
mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk." (QS Al-Baqarah: 16)
Ketiga, golongan ini berada di antara golongan pertama dan golongan kedua.
Di dalam pertarungan melawan hawa nafsu, kadang-kadang pengaruh
agamanya memang dan kadang-kadang sebaliknya, justru pengaruh hawa nafsu
nya yang menang gemilang. Golongan ketiga inilah yang mungkin dialami oleh sebagian besar diantara kita.
Namun demikian, golongan ini menyadari kekalahannya oleh pengaruh hawa nafsu. Ketika itu juga timbul rasa penyesalan dan sedikitpun tidak terbetik di dalam hati merasa betah di dalam pengaruh hawa nafsu. Bahkan dengan niat dan tekad yang kuat tidak ingin sama sekali mengulanginya lagi untuk selama-lamanya. Kemudian, bertaubat kepada
Allah dengan sebenar-benar taubat.
Golongan manusia muslim yang ketiga
inilah yang diisyaratkan Rasulullah SAW
di dalam sabdanya yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi:
"Setiap manusia mengalami kesalahan
dan sebaik-baik orang bersalah adalah
mereka yang bertaubat". (HR Ahmad dan
Tirmidzi).
Muhammad SAW diutus Allah menjadi
seorang Rasul, untuk memberi petunjuk
dan ajaran kepada manusia, agar manusia di dalam hidupnya tidak terjebak oleh
ajakan dan bujuk rayu hawa nafsu setan
yang menyesatkan. Sepanjang kehidupan Rasulullah SAW sungguh menjadi
teladan bagi manusia pada umumnya dan
bagi umat Islam khususnya. Dalam
kesempatan ini kita petik tiga saja di
antara sekian banyak yang harus kita
teladani dari kehidupan Rasulullah SAW itu, sebagaimana tercantum di dalam
sejarah kehidupannya, antara lain :
Teguh Pendirian
Setelah beliau diangkat menjadi Rasul,
beliau tidak henti-hentinya mendakwahkan agama Islam di kalangan orang-orang musyrik Quraisy Jahiliah, sampai-sampai tokoh mereka seperti Abu Jahal dan Abu Lahab merasa perlu untuk menghentikan dakwah muhammad Rasulullah itu dengan cara bujuk rayu melalui pamannya Abu Tholib.
Abu Tholib berkata, "Wahai Muhammad
apa yang kamu inginkan? Apakah harta
kekayaan yang banyak atau kedudukan
yang tinggi di kalangan orang Quraisy ataukah wanita cantik semua telah tersedia asal kamu berhenti dari mendakwahkan agama Islam itu".
Rasulullah SAW menjawab, "Wahai paman, andaikan di tangan kiriku diletakkan bulan dan di tangan kananku diletakkan matahari, aku tidak akan berhenti
menjalankan tugas ini sampai aku mengetahui bagaimana akhir kesudahanya".
Memikirkan Kepentingan Umat Jauh ke Depan
Dalam peristiwa lain, setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, beliau bermusyawarah dengan para sahabat tentang bagaimana sikap terhadap tawanan perang yang banyak itu. Umar Bin Khatab berpendapat, sebaiknya tawanan-tawanan perang itu semuanya
dibunuh saja, karena mereka telah memusuhi, memerangi, dan membunuh kaum muslimin. Rasululah SAW berpikiran lain. seraya berkata,
"Tawanan-tawanan perang itu jangan dibunuh, sebaiknya di antara mereka yang pandai baca tulis setiap masing-masing diperintahkan mengajar membaca dan menulis kepada sepuluh orang muslim".
Sangat Peduli Terhadap Kepentingan Orang Lain
Suatu ketika Rasulullah SAW sedang mengimami sholat berjamah. Tiba-tiba beliau mendengar ada seorang bayi menangis di barisan belakang. Rasululah
SAW segera memendekkan bacaan ayat-ayat al-Quran. Beliau mengetahui bahwa bayi yang menangis itu karena ingin menyusu kepada ibunya yang
kebetulan sedang ikut sholat berjamaah.
Demikianlah, Rasulullah SAW senantiasa memperhatikan kepentingan orang lain (umat) dan mengesampingkan kepentingan dirinya atau kepuasan dirinya semata-mata.
Banyak lagi sifat dan perilaku yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam
melaksanakan tugas sebagai Rasul, memimpin umat dan menegakkan
agama Islam, sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang tenteram, damai, sejahtera lahir dan batin.
Semoga sifat dan perilaku kita sebagai umat Muhammad SAW tidak makin jauh
dari sifat dan perilaku yang dicontohkan olehnya. Tentunya, kita tidak ingin lebih
jauh lagi dari harapan terciptanya kehidupan masyarakat yang tenteram dan
damai, sejahtera lahir dan batin di bawah
Curahan rahmat dan ridho Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
(H. Choliluddin AS, MA/Pusat Studi Al Qur'an)